<div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Canggu-(DESACGG. BADUNGKAB.GO.ID)</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Seakan tiada habisnya ikan di laut,  sudah hampir sebulan lemuru "kampih" di Batu Bolong, Canggu. Jumat (19/7) warga memadati pesisir pantai Batu Bolong sambil menikmati sunset dan menunggu hari gelap saat ikan itu akan datang.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Selama musim ikan ini parkiran Batu Bolong selalu penuh. Pengunjung jauh lebih ramai dari biasanya. I Made Miasa yang saat itu mengatur parkir mengatakan " Saya sampai  tidak bisa mikir mau disuruh parkir dimana orang-orang ini. " </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> I Kadek Riada, ketua kelompok nelayan Canggu, mengatakan bahwa ikan itu tidak hanya ada malam hari, pagi haripun terlihat bergerombol di laut. Hanya saja pagi hari ikan tidak keluar ke pinggir. Menurut pengalamannya sebagai nelayan,  masa menetas lemuru memang bulan ini, sehingga ikan masih sekecil kelingking  dan jumlahnya setiap hari semakin bertambah.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> "Kalo kita melaut di pagi hari ikan itu tetap ada disana bergerombol banyak sekali di selatan pura Batu Bolong.Kenapa ikan ini ada di Canggu bukan di pantai sebelah-sebelahnya, karena disini terdapat karang yang ada rumput laut. Makanan ikan itu ada di sana" jelasnya. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Ketika ikan ini viral di medsos dan banyak orang mengaitkan dengan tanda-tanda tsunami dengan tegas Kadek Riada menepisnya." Tidak ada hubungan dengan gempa yang terjadi waktu itu. Karena sebelum dan sesudah gempa tetap ada ikan itu. Sudah musiman setiap tahunnya pasti ada dan biasanya sudah ditunggu oleh para pemencar," jelasnya.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Ada 80 orang yang tergabung dalam kelompok nelayan Canggu. Biasanya setiap hari mereka melaut untuk mencari lobster. Dengan kehadiran ikan ini pagi mereka melaut mencari lobster, sore atau malam mereka menjala ikan yang biasa disebut mencar.Mencar menjadi pekerjaan tambahan atau musiman karena jamnya berbeda. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Sangat terasa keuntungan yang didapat dari mencar ini. Dari segi ekonomi dapat menambah pendapatan keluarga. Dan dari sisi wisata dapat memperkenalkan Canggu kepada masyarakat luas. Sekarang orang datang ke Canggu bukan hanya untuk surfing tapi juga untuk melihat ikan "kampih".</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Setelah berita ikan "kampih" ini viral banyak orang yang datang untuk melihat. Warga yang datang ke Batu Bolong bukan hanya nelayan. Ada juga orang yang penasaran ingin memastikan benar tidaknya ada ikan ini. Dan terutama yang hobi mancing dan mencar.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Dodik seorang warga asal Padang Linjong,  Canggu mengaku bukan nelayan. Dia hanya hobi mancing dan mencar. "Ikan kampih ini bukan hal baru dan tidak ada hubungan dengan tsunami. Saya sudah 9 tahun ikut mencar disaat musim ikan lemuru yang di Canggu disebut papen. Tiap tahun ada. Sehari bisa dapat 50 kg. Selain dimakan sendiri juga dijual. Lumayan dapat rejeki tahunan, " katanya. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Hal senada diungkapkan Agung yang malam itu mencar ditemani istrinya. Agung yang tinggal di Umalas datang ke Canggu tiap ada musm ikan ini. "Ikan ini selalu datang malam hari. Lumayan buat menambah penghasilan keluarga. Saya senang karena mudah mencarinya,  hanya dengan mencar di pinggir. Tidak perlu naik perahu yang membutuhkan bahan bakar. Dan kerjanya nggak lama bisa dapat 90 kg sehari,"</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Orang-orang yang tidak dapat menangkap ikan selalu membeli. Istri Agung menjual  Ikan ini di pinggir pantai. Satu plastik kecil kira-kira isinya satu kilogram dijual Rp 10.000. Kadang diborong oleh pedagang-pedagang yang jualan di pasar,  tambahnya. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Kelian dinas banjar Canggu, I Made Adi Artika merasa bersyukur atas berkah ini. "Ini seperti wisata ala Tuhan. Tiap tahun Tuhan mengirim berkat ikan ini ke Canggu. Kadang jumlahnya banyak, kadang sedikit. Bagi masyarakat yang datang ini jadi sebuah hiburan gratis. Dan bagi nelayan bisa jadi tambahan penghasilan. Desa Canggu juga makin dikenal karena viralnya berita ikan kampih ini." jelasnya</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Artika mengingatkan warga tetap berhati-hati ketika menjala dan menangkap ikan, mengingat ombak pantai Canggu lumayan besar. Jangan sampai karena keasyikan menangkap ikan ada orang yang terseret arus. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Dampak positif kehadiran ikan ini dirasakan juga oleh Tony, pemuda asal. NTT yang tinggal di Canggu. "Anak kos. Seperti saya sangat beruntung dapat ikan gratis hampir sebulan. Tiap malam saya datang ikut tangkap ikan dari pada makan mie terus" ujarnya. </div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Ulfa seorang pedagang sayur di Dalung juga datang untuk membeli ikan. Selain murah ikan ini benar-benar masih segar bahkan masih hidup ketika diambil. Pembeli di warungnya selalu langsung tahu "Ini ikan Canggu ya. " Canggu jadi terkenal.</div> <div style="text-align: justify;">  </div> <div style="text-align: justify;"> Meskipun awalnya ikan agak besar kemudian makin kecil dan jumlahnya makin berkurang,  tetap menjadi hiburan yang menarik bagi warga Canggu dan sekitarnya. Lemuru "kampih" ini terbukti memberi dampak positif bagi Canggu. <em>(003/KIMCGG)</em></div>
Lemuru "kampih" di Batu Bolong, berkah bagi Canggu
22 Jul 2019